"Sungguh, mereka yang takut akan
Tuhannya, meskipun mereka tiada melihat-Nya. Bagi Mereka ampunan dan pahala
yang besar”
Al Mulk (67:12)
Assalamualaikum Temans,
Alhamdulillah Ar Rozzaq masih
memberi rezeki sehatnya pada kita semua ya, mudah2an bisa kita maksimalkan dalam
mendulang berkah dari-Nya, Aamiin ya Salam
Anyway, maksud hati menyenggol ayat
diatas berawal dari kegaduhan pada portal berita beberapa hari lalu soal “Ayam
Kampus” . Eits sebelum larut dalam meng-hisab-i dosa dan aib orang lain Alhamdulillah
dikasih tamparan bahwa saya juga bukan pribadi suci! Tiap hari, eh tiap nafas
malah, masih aja ada dalam diri ini yg masih belum baik, masiiiih aja salah
melulu, dari ujung kepala sampe kaki :-(. Ada sebagian dari kita yg
keburukannya terungkap dan ada yg Allah tidak ijinkan terungkap. Itu dia kenapa
diri kita masih bisa di cap cukup baik oleh orang2 yg kita kenal lantaran Allah
tidak / belum tunjukkan aib kita saja. Syukur setiap hari adalah juga Allah
masih ijinkan kita tidak tergigit aib kita sendiri lewat orang lain, mohon
dimaknai utuh ya sobat, yang itu artinya supaya kita fokus pada perbaikan diri
sendiri lo :-)
Soal “Ayam Kampus”nya temen2 bisa
cari kisah lengkapnya di site yg lain yah, karena tulisan ini ndak ada muatannya
meng-otopsi amalan orang lain, justru sebaliknya dari peristiwa itu maka
tulisan ini ingin menjadi reminder dan sejalan dengan Firman Allah diatas bahwa
banyak dr kita basically sering lengket dengan sifat “Hipokrit”, termasuk yang
nulis ini loh ya. Apa yg dimaksud? Hehehe sebenarnya pula tak ada maksud kita
sengaja Hipokrit tapi sometimes kita gak ingat Al Kholiq jadilah begitu
Takut pada Allah adalah salah satu
bentuk Fanatik kita pada-Nya disamping ibadah fisik seperti sholat, shaum,
zakat, sedekah, umroh dan haji bulak balik, serta aktivitas wujud keimanan
lainnya.
Yup tapi dilain tempat, waktu,
ataupun peristiwa (ini ngomong apa sih xixixi) banyak jiwa yg bersamaan masih
juga mengerjakan aktivitas penurunan Iman yg lain... hhmmm...., disadari ataupun
tidak. Nah kalo soal korek mengkorek keburukan yg hanya berfungsi menurunkan
Iman gak usah disebutin lah ya jenis2nya, lawong yg nulis ini aja masih bejibun
belepotan dosa, gak ngaca namanya :-)
Itu dia temans kenapa Takut masuk dalam
barisan Rahmat Allah, karena salah satu fungsi Takut adalah selain kita menjadi
pribadi yg konsisten aware terhadap kemungkinan buruk, juga sebagai “bogem”
untuk diri supaya tindakan yg memajukan Murka Allah tidak kita eksekusi!. Paling
tidak kalo mau bertindak diluar Islami ada nurani yang masih bawel mengatakan “eh
kalo mau maksiat cari gih tempat yang Allah gak Lihat” ... lah belahan sudut
bumi manakah yg Allah gak Tau secara Allah itu Masih, Selalu, Always listening,
understanding, and seeing guys
Jadi inget waktu saya masih sekolah
menengah dulu, saya mewakili sekolah saya untuk lomba Pidato tingkat Kotamadya
dan tema yg diambil adalah “Tantangan Zaman”. Saya sibuk tuh cari bahan2 yg
bisa ndukung statement saya nanti di podium. Selain bahan yg saya collected, terlintas
saya ingat pula obrolan dengan teman saya soal Sholat yg ternyata teman saya
itu gak tau kalo sholat 5 waktu hukumnya Wajib sodara – sodara. Jadi teman saya
mengaku ndak tau bila sholat 5 waktu itu wajib karena dalam keluarganya sholat
bukanlah prioritas kehidupan (red: tidak mendirikan sholat), jadilah teman saya
beranggapan bahwa hukumnya ya bukan wajib hhhmmmm. Dan itu membuat saya
berkesimpulan bahwa tantangan untuk tetap stay pada koridor Islam justru lbh
banyak dr diri sendiri, seperti tidak ber-ilmu, Malas, Tidak mau cari tau,
Menunda, dll yg hanya menurunkan “meteran” iman. Dan dari situ pula saya pahami
bahwa peran keluarga adalah hal primer yg mendukung banyak supaya kita kontinyu
deket pada Al Malik. Gimana mau menghadapi dunia luar kalo inner-nya aja rapuh.
Gimana mau kekeuh pada nilai Islami bila jiwa masih goyang sana sini labil
hati. Eh gak nyangka konten itulah yang mengantarkan saya jadi first place di
ajang lomba itu mewakili Jakarta Barat (statement terakhir ini jangan dimasukin
soale cuman intermezo hehehehe #kenangan-so-sweet)
Takut pada Allah adalah bagaimana
kita tepat dalam pilihan baik yg bermuara pada “senyum”-Nya. Ya bagi saya itu
pilihan. Soal “Ayam Kampus” itu misalnya, saya berkeyakinan yg bersangkutan tau
soal hukumnya, hanya saja dia tetap memilih yg Islam tidak pernah benarkan, dan
itu sudah final pilihannya. Salah jalan masih mungkin bisa diluruskan tapi tak bisa
lagi kita memaksa orang yg memang memilih beda jalan. Bila upaya mengingatkan
sudah dimaksimalkan dan ia tetap pada pilihannya maka kita hanya bisa hormati
tanpa kita ikutan, dan tak perlu juga main kata2an, mengingat diri masih banyak
buruknya. Kadang kita lupa, atau tak sadar bahwa dosa yang terlihat “tak tampak”
pada diri mungkin juga punya bobot yg sama besar-nya yg dilakukan terang2an
oleh orang lain. Riuh-nya kehidupan juga mengingatkan bahwa Takut pada-Nya
ternyata masih jadi komoditas langka dalam lisan, sikap, dan perilaku... yg
padahal... dalam ruku’ dan sujud selalu gak absen mention “Hidupku, matiku,
hanya untuk Allah”
Nyatanya, Takut-nya kita pada Ar
Rahman masih maju mundur maju mundur belum cantik (PD jiwa raga), Soul ini memang lebih
sering turunnya dari pada naiknya soal Iman. Tentu sesempurna Rasulullah jauh
dari mampu, tapi sebagai insan yang oleh Ar Rahiim agar menjadi pengisi
kebaikan, maka kita wajib saling nasehat – menasehati dalam kebenaran dan
saling nasehat – menasehati dalam menetapi kesabaran (eh ini sih beda ayat,
tapi gak apa yuuaaa... kan masih nyambung xixixixi #maksa)
Takut pada hal buruk yg meng-Invite
marahnya Allah bisa jadi bukan lagi hal yg ditakutkan karena sudah terbiasa dan
lumrah pada yg buruk. Takut pada kemiskinan bisa jadi hal yg gak penting
ditakutkan karena terbiasa Malas.Tidak Takut pada Kebodohan juga bisa dianggap “woles
ajah” karena gak lagi berminat dgn Derajat yg Allah beri bagi yg ber-ilmu!
Yuk mulai dari solusi tingkat ringan
yg bisa kita maksimalkan dgn bertanya pada diri sendiri bila kita dihadapkan
pada tindakan yg ragu soal baik buruknya seperti “berani gak ya aku kerjain ini?”
Tanyalah dasarnya Berani apa? karena uangnya banyak-kah? dan dasarnya Takut
apakah juga? karena Allah melarang..., silahkan memilihnya. Atau gak harus juga
dgn kalimat seperti itu tapi pake statement senada seperti “kira2 Allah ACC gak
ya kalo aku kerjain ini?”
Saya yakin banget kok bila hati
terbiasa dgn Iman yg sesungguhnya pasti akan inpo-in yg bener, bahkan saat kita
sudah di jalan salah-pun sebenarnya hati masih nyuruh agar berbalik ke jalan yg
Allah suka, I bet, hanya saja bila kita terbiasa sering mengabaikan yg baik maka
next episode otomatis tak perlu bawa hati krn semangat baik dalam hati surut
cenderung padam Nur-nya
Terlihat simple yah solusi-nya, Tapi
sumpah gak mudah loh itu. Kenapa? Karena selain sudah terbiasa gak bawa hati,
kan setan juga selalu punya ayat supaya kita takut pada hal baik yg akhirnya
gak dikerjakan dan gak takut pada Ar Rahman kan? Jangan lupa bahwa setan itu punya
peribahasa leluhur “banyak jalan menuju neraka” huft...
Yang masih vokal dalam gelimangan
dosa seperti diri saya ini masih terus ditunggu tobatnya karena Allah masih
kangen melihat hamba-Nya sujud sesenggukan dalam ketakutan sesungguhnya pada
Dia. Mudah2an kita menjadikan jiwa ini terus pada upaya baik yang Allah
rindukan ya temans, Aamiin
Mohon maaf bila ada kalimat atau
bagian yang menyinggung, sungguh segala kebaikan hanya milik Allah sepenuhnya
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Sumber Gambar : Google Image
Tidak ada komentar:
Posting Komentar